Ketika baru bangun tidur, ibuku sedang sibuk mengedor-gedor pintu kamarku untuk membangunkanku. Tapi sayangnya aku tidur menggunakan airphone, jadi aku tak mendengar ibuku. Saat ku membuka pintu, wajah ibu tampak seram memelototi aku, disusul dengan ayah yang tiba-tiba datang, “apa aku melewatkan sesuatu?” tanyaku dengan polos. Namun kedua orangtuaku hanya diam. Tapi saat aku ingin beranjak ke tempat tidur, ayahku bicara lantang “malam ini kamu harus bertemu dengan calon suamimu !” tubuhku menjadi kaku dan mataku terbelalak kaget “apahh?” tanyaku sambil menatap kedua orang tuaku, “Sasa, kenapa sih kamu disore hari begini, sempat saja tidur? Sekarang cepat mandi dan berdandan yang cantik” kata ibuku sambil menunjuk ke kamar mandi. Aku hanya memandang sinis kedua orangtuaku dan mendobrak pintu kamar mandi saat menutupnya. Aku berfikir keras di kamar mandi, ‘bagaimana ini? Aku masih ingin menunggu Harry, Harry Asshidiq pujaan hatiku sejak smp. Aku sangat yakin kalo suatu hari nanti dia akan datang kepadaku. Dia yang akan menjadi calon suamiku. Jadi, aku tidak boleh datang malam ini !’. Selesai mandi, aku shalat dan berdoa kepada Allah agar acara malam ini gagal. Amin.
Selesai shalat, ku lihat ayah sedang menerima telfon diruang tamu, aku ingin mendengarkan, tapi itu sulit. Tiba-tiba aku dikagetkan oleh ibuku yang kebetulan lewat, “hayoo, ngapain kamu? Nguping ya? Hmm, bukannya ganti baju, dandan yang cantik.. kan mau ketemu calon suami kamu Sa..” kata ibu sambil tolak pinggang. Aku hanya tersenyam-senyum dan menggaruk-garuk kepala. “ibu..” suara ayah memanggil ibu, “iya ayah..” jawab ibu seraya menghampiri ayah diruang tamu. Yeah ! kali ini aku bisa mendengarnya. Ayah bilang pada ibu kalau acaranya tidak jadi karena orang yang mau jadi calon suamiku itu kabur. Hmm, senangnya, bukan hanya aku yang tidak mau dijodohkan !
Keesokan harinya, ibu tersenyum senang dan bilang kepadaku kalau malam ini calon suamiku itu akan datang kerumah. Ya tuhan… kenapa begini sih? Aku bingung., apa yang harus aku lakukan? Akhirnya aku memutuskan untuk kabur sampai calon suamiku itu pulang. Namun ibu memergokiku saat aku ingin keluar rumah, “ehem, mau kemana Sa?” aku panas dingin serta panik. Aku harus bilang apa? “emm, aku mau..” terputus saat ayahku tiba-tiba menyambar, “mau kemana??”, aduuh, aku semakin deg-degan, bismillahirrahmaanirrahim.. “Sasa Cuma.. emm” aku menelan ludah sambil berfikir keras, “emm, ke salon. Iya ! ke salon ko. Kan aku harus cantik, ya kan?” ibuku hanya tersenyum dan membiarkanku pergi. Huh, selamat ! aku pergi ke mall dan mengelilinginya hingga berkali-kali. Saat ku lihat jam, sudah pukul 10 malam. Ya ampun.. wajar saja aku kelelahan, berkeliling selama itu. Hmm, aku tidak mau pulang ke rumah. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke rumah sahabatku, Rika. “Assalamu’alaikum..” baru ku ucap salam, sudah terdengar suara seseorang memanggilku dari belakang, “Sasa ! keterlaluan kamu.” Ya tuhan.. itu suara ibu. Saat aku menoleh, wajah ibu merah dan sangat geram. Aku dipaksa pulang, namun aku menolaknya, “bu, aku ga mau dijodohin kaya gini. Kalo aku ga bahagia sama dia gimana? Ibu mau ngeliat aku sengsara? Hah?” aku menatap ibu dengan tajam. Namun ibu menjadi sangat lembut, “Sasa, seorang ibu ga akan bahagia melihat anaknya tidak bahagia. Jadi, kamu percaya ya sama ibu, ini adalah yang terbaik buat kamu”, aku menunduk dan tak kuat membendung air mata, “tapi, aku belum bisa membuka hatiku untuk siapapun bu..” aku menangis di pelukan ibuku, “yasudah, kita coba dulu ya..” mungkin aku masih belum terima, tapi aku akan mencoba. Demi kedua orangtuaku.
Keesokan harinya, ibu dan ayahku terlihat sangat bersedih. Saat ku Tanya, ternyata ada kabar yang sungguh tak bisa ku duga–duga. Orang yang mau dijodohkan denganku itu kawin lari dengan orang yang dicintainya. Ibuku benar-benar meminta maaf kepadaku dengan sebesar-besarnya, dan dengan besar hati akupun memaafkannya, “yasudah, yang berlalu biarlah berlalu. Emm, sebenarnya siapa sih temen ayah yang mau jodohin anaknya sama aku itu? Ibu ga pernah cerita kan?” ibuku diam tak mau bicara, “bu...” aku mendesaknya, hingga akhirnya ibu membuka mulut,”namanya, ahmad..” karna kurang jelas, akupun bertanya kembali, “lengkapnya siapa bu..?” ibu mengambil nafas panjang dan kembali bicara “ahmad hasanudin” aku terkaget-kaget dan merasa tidak percaya, “apa dia sudah tua dan, isterinya sudah meninggal?” tanyaku penasaran, deg-deg.. jantungku berdegup cepat sambil menunggu jawaban ,“iya ! dan anaknya itu adalah anak keduanya” mataku merah dan air mataku menumpuk ingin segera menetes, “dan nama anaknya.....” aku tak sanggup berbicara karena menahan tangisku “Harry Asshidiq..” kata ibu sambil menoleh kepadaku. Aku terjatuh lemas dan tak berdaya. Sungguh ku tak percaya menyia-nyiakan orang yang selama ini ku nantikan, yang telah ada didepan mata dan sekarang menghilang dalam sekejap mata… -_-
Aku menyesal…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar