Jumat, 04 November 2011

Antara Cinta dan persahabatan



Ketika Tubuh mulai terasa lelah, aku berbaring di atas tempat tidur sambil mencoba menutup mata. Namun saat aku hampir terlelap, suara handphone terdengar ditelinga dan membuat mataku terbuka. Karena lelah, aku berusaha mengabaikannya. Setelah nada berhenti, muncul lagi nada baru tanda seseorang sedang mencoba menghubungi. Dengan terpaksa aku bangun dan mengambil handphone. Nomor tak dikenal ! Aku mengangkat telfonnya, tapi panggilan berakhir setelah aku mengucap kata “halo”. Beberapa detik kemudian, handphone kembali berdering, hingga berulang kali terjadi hal yang sama. Karena kesal, aku me-riject telefon setiap kali nomor tak dikenal itu menelfon, hingga akhirnya berhenti. Saat aku ingin kembali mencoba untuk tidur, dering handphone kembali berbunyi, namun hanya sebuah nada sms. Saat ku buka pesan itu, hanya terdapat kata “angkat !” dan nomor tak dikenal kembali menelfon. Dengan jengkel aku kembali mengangkat telfon, “HALO !” aku berteriak sekeras mungkin. Namun kejengkelanku mulai reda saat ku dengar suara seseorang dibalik nomor tak dikenal itu, “Rasti ya?” katanya dengan lembut. Suara yang tak asing lagi untuk telingaku, “iya, ini Fahmi ya?” aku menebak dengan penuh keyakinan. Namun ternyata telingaku memang tak salah, “iya, lagi sibuk ga?” tanyanya. Sungguh ini membuat rasa lelahku sedikit berkurang. Aku berbincang dengannya hingga beberapa jam dan membuat rasa lelahku menghilang seiring waktu. Ketika sedang bercanda tawa dengan Santai, tiba-tiba terasa sunyi, dan saat ku lihat handphone ku telah mati karena baterainya habis. Telefonpun berakhir.
            Sejak hari itu, aku menjadi lebih dekat dengan Fahmi. Dia memang baik, hingga sahabatku Naya, pernah membuat pernyataan bahwa dia sangat menyukai Fahmi. Namun tak dapat dipungkiri, bahwa aku juga merasakan hal yang sama, walaupun aku tak berani mengungkapkan kepada siapapun..!
Setelah lama aku dekat dengan Fahmi, akhirnya dia mengungkapkan perasaan bahwa dia menyukaiku, tapi aku masih ragu atas perasaanku dan aku tak mau menyakiti hati sahabatku. Tanpa ragu aku menolaknya dan menjadikannya sebagai sahabatku.
            Entah mengapa, semakin lama perasaanku menjadi semakin jelas. Aku merasa benar-benar menyayangi Fahmi dan ingin memilikinya. Begitu pula dengan Fahmi yang tak pernah berhenti meyakinkanku atas perasaannya. Namun aku terus menolaknya. Walaupun hatiku merasa sedikit terluka, aku tetap memikirkan sahabatku.
Naya tidak pernah berhenti memohon kepadaku untuk mendekatkannya dengan Fahmi. Akupun berusaha melakukannya, namun Fahmi terus menolaknya, dia mengatakan bahwa dia tidak menyukai Naya. Itu membuatku bingung, namun aku terus mencoba untuk mendekatkan hati mereka.
            Hubunganku dengan Fahmi semakin lama menjadi seperti ‘Hubungan Tanpa Status’, sedangkan Naya tidak pernah menyerah untuk mendapatkan Fahmi dan slalu berusaha melakukan apapun untuk Fahmi. Namun aku juga tidak bisa membohongi perasaanku sendiri. Aku juga merasa sangat ingin saling memiliki dengan Fahmi. Sampai Fahmi berhenti meyakinkan perasaannya kepadaku-pun, aku masih merasa ingin memilikinya dan perasaan itu semakin dalam. Aku berusaha menjalani apa adanya, aku menjadi sahabat dekatnya Fahmi dan persahabatanku dengan Naya juga tak kalah dekat.
            Saat kelulusan sekolah, Naya berbicara padaku, “Ras, perasaan gw untuk Fahmi ga pernah berubah. Gw ga mau jauh dari dia. Please Ras, bantu gw buat deket sama dia. Gw sayang banget sama dia”. Itu membuat hatiku dagdigdug dan tersentak kaget, aku hanya mampu mengucap kata “iya”. Lalu apa yang harus aku lakukan? Sedangkan Fahmi tidak pernah menyukai Naya..
            Dihari sebelum perpisahan itu benar-benar terjadi, aku berusaha untuk membuat Fahmi mau mencoba untuk mencintai Naya. Namun tak pernah ku duga, dia mengucap kata yang membuatku merasa hatiku hancur dan tak berdaya, “maaf Ras, gw sama sekali ga pernah suka sama Naya”, dia berhenti sejenak dan mengambil nafas panjang, “dan sedikit demi sedikit, gw mencoba untuk ngelupain perasaan gw ke-lu”, dia meneruskan dan wajahnya terlihat agak murung, “dan akhirnya gw nemuin seorang cewe yang sekarang udah jadian sama gw. Sedikit demi sedikit perasaan gw ke-lu mulai pudar..” dia menarik nafas lagi dan melanjutkan kalimat terakhirnya, “dan sekarang,, perasaan itu bener-bener udah gak ada. Makasih ya selama ini udah jadi sahabat gw.”. Dia tersenyum dan pergi meninggalkanku.
            Sejak hari itu, tak ada kabar sedikitkpun tentangnya. Mungkin, dia sudah bahagia dengan perempuan itu, begitu pula dengan Naya, yang telah menemukan seseorang yang dapat menggantikan posisi Fahmi dihatinya. Aku bahagia mengetahui sahabatku bahagia, walaupun aku sendiri belum menemukan kebahagiaan yang mereka dapatkan itu.
Sahabat adalah teman dalam hidup kita. Bukan hanya teman yang bisa menjadi sahabat untuk kita, tapi keluarga, kekasih, bahkan diri sendiri juga bisa kita jadikan sahabat. Dan jangan lupa untuk menjadikan hidup ini sebagai sahabat kita.

Itulah arti sebuah persahabatan.

Tidak ada komentar: