Ya Allah,aku tak tau sampai kapan aku akan bertahan
menjalani semua ini. Hidupku menjadi rumit dan tak ada waktu bagiku untuk
berpikir lebih jernih . apa yang sedang engkau tunjukkan padaku dan Bagaimana aku
harus menarik kesimpulan dari segala keadaan ini. Tak setetespun air mata ku
jatuhkan karena aku bukan lagi gadis kecil yang belum mengerti apa-apa dan aku
juga belum menjadi wanita dewasa yang bisa mengerti kapan aku harus menangis,
tapi hati ini ternyata tak mau berhenti merengek memohon kemudahanmu ya Rabb. Mungkinkah
engkau memberi jalan untuk meninggalkannya, atau ini sebatas ujian keseriusan
kami atau mungkin ada rencana lain dariMu? bukan baru satu kali hal ini
terjadi, tapi baru kali ini aku merasa siap untuk berpasrah diri. Hatiku tidak
keras seperti baja karena sejujurnya aku
merasakan sesuatu yang dalam bahkan menjadi rekor baru dalam hal menusuk sekumpulan
darah beku. Di kala aku sendiri dan tersunyi, seberkas air perlahan keluar dari
kelejar mata, namun entah kenapa rasanya enggan untuk terhanyut dalam
kesedihan. Aku belum siap kalau ada yang pergi dari hidupku, tidak siap untuk menjalani keadaan baru dan
takkan pernah siap untuk kehilangan segalanya dengan kehilangan seseorang yang
tak ternbalas kebaikannya. Bisa dikatakan aku tak mampu meskipun aku bisa. Mata
berkilau yang tak padam meski diterjang angin jalanan bahkan bisa menjadi luapan
api yang membakar ujung rambut hingga ujung jari kaki dan tangan halus yang
selalu aku rindukan bisa menjadi bumerang yang mampu menghancurkan jiwa manusia
terutama yang lemah. Sekali mata terbelalak, tubuh mulai terasa panas, dan
setelah tangan mengambil alih ekspresimu, lenyap sudah harapan untuk tetap
bertahan. Namun meski begitu, aku masih tetap berpegang pada prinsipku yang
telah berkali-kali dilanggarnya.
Tuhan, jika engkau masih mau mendengar bisikan pelanku, aku
ingin ungkapkan betapa aku mencintainya, menginginkannya, membutuhkannya dan
ingin selalu menyayanginya dengan seluruh kelebihan dan kekurangan yang telah
engkau ciptakan khusus untukku. Sungguh aku tak sanggup mendengar amarahnya,
melihat kesedihannya dan merasakan dalamnya ketulusan yang selalu ia curahkan
kepadaku dan senantiasa mengiringi langkah kami. Aku tau ada rencana untukku
dengannya yang telah engkau tuliskan dalam “Lauhul Mahfudz” dan jika itu memang
jalanku, ku mohon berikan kami jalan yang jangan sampai ada kekecewaan dan
selalu berkah bagi kami. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar