Jumat, 10 Oktober 2014

Ku Mohon Tuhan

Ya Allah,aku tak tau sampai kapan aku akan bertahan menjalani semua ini. Hidupku menjadi rumit dan tak ada waktu bagiku untuk berpikir lebih jernih . apa yang sedang engkau tunjukkan padaku dan Bagaimana aku harus menarik kesimpulan dari segala keadaan ini. Tak setetespun air mata ku jatuhkan karena aku bukan lagi gadis kecil yang belum mengerti apa-apa dan aku juga belum menjadi wanita dewasa yang bisa mengerti kapan aku harus menangis, tapi hati ini ternyata tak mau berhenti merengek memohon kemudahanmu ya Rabb. Mungkinkah engkau memberi jalan untuk meninggalkannya, atau ini sebatas ujian keseriusan kami atau mungkin ada rencana lain dariMu? bukan baru satu kali hal ini terjadi, tapi baru kali ini aku merasa siap untuk berpasrah diri. Hatiku tidak keras seperti baja karena sejujurnya  aku merasakan sesuatu yang dalam bahkan menjadi rekor baru dalam hal menusuk sekumpulan darah beku. Di kala aku sendiri dan tersunyi, seberkas air perlahan keluar dari kelejar mata, namun entah kenapa rasanya enggan untuk terhanyut dalam kesedihan. Aku belum siap kalau ada yang pergi dari hidupku,  tidak siap untuk menjalani keadaan baru dan takkan pernah siap untuk kehilangan segalanya dengan kehilangan seseorang yang tak ternbalas kebaikannya. Bisa dikatakan aku tak mampu meskipun aku bisa. Mata berkilau yang tak padam meski diterjang angin jalanan bahkan bisa menjadi luapan api yang membakar ujung rambut hingga ujung jari kaki dan tangan halus yang selalu aku rindukan bisa menjadi bumerang yang mampu menghancurkan jiwa manusia terutama yang lemah. Sekali mata terbelalak, tubuh mulai terasa panas, dan setelah tangan mengambil alih ekspresimu, lenyap sudah harapan untuk tetap bertahan. Namun meski begitu, aku masih tetap berpegang pada prinsipku yang telah berkali-kali dilanggarnya. 

Tuhan, jika engkau masih mau mendengar bisikan pelanku, aku ingin ungkapkan betapa aku mencintainya, menginginkannya, membutuhkannya dan ingin selalu menyayanginya dengan seluruh kelebihan dan kekurangan yang telah engkau ciptakan khusus untukku. Sungguh aku tak sanggup mendengar amarahnya, melihat kesedihannya dan merasakan dalamnya ketulusan yang selalu ia curahkan kepadaku dan senantiasa mengiringi langkah kami. Aku tau ada rencana untukku dengannya yang telah engkau tuliskan dalam “Lauhul Mahfudz” dan jika itu memang jalanku, ku mohon berikan kami jalan yang jangan sampai ada kekecewaan dan selalu berkah bagi kami. Aamiin.

Tidak ada komentar: