Banyak orang merasa dirinya paling benar dan banyak juga
orang yang merasa dirinya paling salah. Tapi ada juga oranng yang terkadang
merasa dirinya benar dan terkadang salah. Lalu tergolong apakah kami? Sering
meributkan hal yang tidak terlalu penting, yang biasa menjadi tidak biasa, yang
tidak penting menjadi penting dan yang penting menjadi tidak penting lagi. Apa
yang terjadi wahai sepasang kekasih? Banyak orang yang mengirikan kebahagiaan
kita. Tetapi kemana kebahagiaan yang kita miliki itu? Tak pernah terdengar
ikhlas saat kau meluangkan waktumu. Memang aku tak pernah memberikan apapun
atas pengorbanan waktumu kecuali berbagi senyuman, tawa, kenyamanan, kesenangan
dan kebahagiaan yang aku miliki saat itu. Tak cukupkah? Aku tak pernah mengerti
apa yang ada difikiranmu, tau apa yang kamu inginkan. Memang aku tak sehebat
dirimu, tak mampu membaca organ dalam hati. Tapi dari dulu kau tau, inilah aku.
Tapi kalau saja kamu bisa membaca sampai
hatiku yang paliiiiiiiiiiiiiing dalam. Mungkin tak akan ada rasa benci antara
kita. Karna isinya hanya namamu yang betapa besarnya rasa cintaku pada dirimu
seorang, hihi (gombal). Tapi ini serius kok.
Terkadang
kami keras seperti batu karang yang lama hancur meskipun di terjang ombak yang
begitu indah dan terkadang kami lembut bagaikan air yang mengalir lamban. Tapi juga
terkadang kami memegang masing-masing rasa yang berbeda. Kami selalu tak mengerti apa yang kami
katakan dan apa yang kami lakukan saat api menyelimuti batu. Dan juga tak akan
tau keindahan apa yang terjadi saat bunga-bunga berjatuhan di atas air yang
mengalir dengan lembut. Ketidaktahuan tersebut seringkali membuat kami bingung
dan tak mengerti apapun. Saat terjadi api, tak ada satupun bunga yang kami
ingat. Begitu pula sebaliknya. Apa yang terjadi? Kami sama-sama telah dewasa
(meskipun aku belum punya KTP) tapi jelas aku sudah berumur 17 tahun dan kami
menyaksikan bersama saat umur itu tiba. Kami saling menyayangi dan saling
mencintai, indah banget kan? Tapi terkadang (agak jarang) kami saling membenci
-_- . Tidak aneh kan sering tarjadi pasang surut dalam sebuah hubungan. Tetapi
mungkin semuanya karna kami sesama manusia yang lebay. Jadi saat kami terlena,
kami saaaaaangat merasa terlena, dan ketika kami membara, uuh jangan ditanya
deh, api nya mampu membakar rumah gedongan terbesar di Negara ini (tuh kan
lebay). Perlu diketahui juga, aku mendengarkan lagu inggris saat menulis cerita
ini, dan itu membuatku sedikit merasa bahwa aku tidak mengerti apa yang si
penyanyi ucapkan, huh. Lagipula aku tidak mampu melakukan 2 aktivitas
sekaligus. Merasakan, mengetik, mendengar dan berfikir. Kekurangan daya apa ya
kalo begini? Hmm..
Pagi
ini aku merasakan sesuatu yang hampir menjadi biasa, terlintas sebuah Tanya
yang sedikit aneh tapi memaksa, “Tadi malem kita berantem yah?” dengan sedikit
berfikir, aku bertanya lagi “bukannya kemaren kita berantem?” tapi yang anehnya
pernyataan ini, “kita tertawa bersama dirumahku beberapa hari yang lalu,
bahagia banget yah kita J”
dan seketika aku menyimpulkan “Saat terjadi pertemuan, itulah saatnya
bunga-bunga bertaburan dan mengalir bersama air. Dan saat kami sedang berada
pada kubu masing-masing, adalah waktunya api cepat merambat mengerubungi batu
saat ombak mulai lelah menghancurkan sang batu karang. Sampai kini kami belum
mencapai pada puncak penyelesaian dari segala masalah yang kami hadapi, itu
membuat kami menjadi labil dan tanpa arah. Keadaan yang saling menuntut, saling
mengalah, saling membenci dan saling mencintai membuat kami merasa berarti
terhadap satu sama lain. Cinta bisa menjadi bahagia, tapi cinta juga bisa
menjadi derita (ya pokoknya begitu dah). Bagai air yang bisa menjadi nikmat dan
bisa juga menjadi laknat (kata bokab gue). Yaudahlah, dari tulisan ini juga
udah keliatan kok kalo gue masih labil banget, meskipun barusan juga gue bilang
kalo gue udah dewasa, hehe. Intinya gue Cuma minta ketulusan dan ketabahan ajalah
saat menghadapi gue. Dan gue juga minta do’a dan restunya yak. Sumpah gue sayaang banget sama dia dan hubungan yang kita
jalanin. Thanks J